Kami akan menjelaskan alasan kenapa Michael Jordan adalah pemain basket
terhebat sepanjang masa. Hanya ada dua label untuk pemain dalam
olahraga: juara atau gagal.
Kemenangan adalah satu-satunya tolak ukur kesuksesan seorang atlit dalam
olahraga dan jumlah kejuaraan yang dimenangkan atlit tersebut adalah
satu-satunya statistik yang relevan dalam mengukur kemampuan seorang
pemain.
Kita suka seorang pemenang. Kita suka bila tim kita berhasil menang.
Dengan berdasarkan pada pandangan di atas, maka tolak ukur kehebatan
seorang pemain basket bisa diukur dari cincin juara yang ia dapatkan.
Jordan adalah pemain terbaik yang pernah memainkan olahraga bola basket
di dunia. Seorang model yang super perfect untuk semua orang yang ingin
belajar basket.
Jordan memiliki fondasi basket yang bagus, mempunya jiwa kepempimpinan,
dan yang paling penting, ia selalu menang. Enam cincin juara didapatkan
Jordan tiga kali berturut-turut di tahun 1991-1993 dan 1996-1998.
Saya akan melewatkan Bill Russell sebagai pemain terhebat dengan 11
cincin juara dalam argumen ini karena dua alasan: 1) Saya tidak pernah
melihat permainan Bill Russel, 2) Persaingan tim-tim di NBA pada era
Russell tidak seketat sekarang. Misalnya pemain berkulit hitam masih
sedikit jumlahnya waktu itu. Aturan-aturan yang membatasi jumlah pemain
hebat dalam satu tim seperti salary cap dan luxury tax belum ada. Free
agency belum diciptakan.
Olahraga basket belum berkembang seperti zaman sekarang dengan adanya
scouting kelemahan lawan, peraturan-peraturan basket seperti garis three
point, dan lain-lain. Intinya, era Russel ketika ia meraih 11 cincin
tidak bisa dibandingkan dengan era Jordan yang meraih enam cincin karena
situasinya jauh berbeda. Bahkan menurut saya, kita tidak bisa
membandingkan pemain dari dua era yang berbeda.
Sebagai pembanding Jordan, kita akan melihat pemain yang paling mirip
secara skill, gaya bermain dan prestasi. Di era saat ini, pemain yang
paling mendekati dengan Jordan adalah Kobe Bryant. Kobe adalah pemain
yang hebat. Lima cincin juaranya tidak bisa dikesampingkan dan dipandang
sebelah mata. Lima cincin juara adalah sebuah prestasi yang hebat.
Namun Kobe tidak akan pernah bisa melewati Jordan walaupun ia mendapat
enam cincin juara sekalipun. Di akhir artikel ini, anda akan mengerti
alasan saya mengatakan hal tersebut.
Tiga cincin juara pertama Kobe diraih bersama Shaq, seorang pemain yang
sangat dominan di liga NBA saat itu, bahkan lebih hebat dibanding Kobe
versi muda. Shaq adalah sebuah alasan besar kenapa Kobe mendapat tiga
cincin pertamanya. Tanpa Shaq saat itu, sulit buat Lakers menjadi juara.
Kobe memang adalah seorang pemain dengan kemampuan individual yang
hebat. Hal itu ditunjukkannya ketika ia mencetak 81 points dalam satu
pertandingan di regular season. Namun sayangnya, seiring dengan
ditinggalnya Shaq, prestasi Lakers langsung merosot jauh, dan prestasi
individual hebat Kobe tertutup dengan buruknya rekor Lakers di regular
season saat itu.
Tanpa cincin juara, apalah artinya jika Kobe mau mencetak 100 points
dalam sebuah game sekalipun. Malah Shaq lebih dulu mendapat cincin
keempatnya di tahun 2006 bersama Miami Heat, setelah berpisah dengan
Kobe.
Namun Jordan juga beruntung karena di era keemasannya, Jordan tidak
harus berbagi spotlight dengan Magic Johnson ataupun Larry Bird.
Walaupun demikian, Jordan menghancurkan semua pemain hebat [siapapun]
yang menghalangi jalannya menuju tangga juara, diantaranya ada: Isiah
Thomas, Magic Johnson, Clyde Drexler, Patrick Ewing, Alonzo Mourning,
Charles Barkley, Gary Payton, John Stockton, Karl Malone, Shawn Kemp,
John Starks, Tim Hardaway, dan masih banyak lagi.
Di final NBA tahun 2009, Orlando bukanlah sebuah tim yang siap untuk
menjadi juara. Jameer Nelson yang merupakan pemain bintang Magic, harus
mengalami cedera panjang dan baru bisa bermain lagi di final, namun
tidak bisa menemukan performa terbaiknya. Lakers menjadi tim terkuat di
tahun 2009, karena memang tidak ada lagi tim yang pantas.
Cincin juara Kobe yang kelima, ini yang menarik, didapat melalui susah
payah-sampai game ketujuh. Selama tiga kuarter, tim Kobe selalu
tertinggal di game terakhir tersebut. Di menit-menit terakhir game
penentu tersebut, baru akhirnya (dengan susah payah) Lakers berhasil
membalikkan kedudukan dan mengalahkan Celtics. Tapi bukan Kobe yang
membalikkan kedudukan tersebut.
Tim Lakers begitu kuat sehingga mereka bisa tetap menang atas Celtics
walaupun Kobe tidak bermain bagus. Sama seperti kasusnya di tahun 2009,
tim Lakers secara keseluruhan adalah tim yang lebih baik dari lawannya,
bukan karena Kobe seorang diri bermain luar biasa. Tapi karena Lakers
punya Phil Jackson, Pau Gasol, Derek Fisher, Lamar Odom, Trevor Ariza,
Ron Artest, Sasha Vujacic, Shannon Brown, Andrew Bynum, Mitch Kupchak
[GM Lakers] dan Jerry Buss [owner dari Lakers].
GM Lakers berperan besar dalam mendatangkan sebuah alasan mengapa Kobe
tiba-tiba berpeluang mendapatkan cincin keempat dan kelima: Pau Gasol,
seorang big man dengan kemampuan menyerang yang sangat luar biasa,
memiliki IQ basket yang tinggi, rebound yang bisa diandalkan, defense
yang lumayan, dan kemampuan passing yang sangat under-rated.
Anyway, seandainya Kobe adalah Jordan, Celtics pasti sudah dihabisi di
tahun 2008, dan Kobe sudah mendapat cincin keenamnya di tahun 2010.
Bahkan di tahun 2011 ini, Kobe mencoreng nama Phil Jackson, dengan
membuat timnya kalah 4-0 dari Dallas Mavericks di semifinal wilayah
Barat.
Michael Jordan tidak akan kalah jika mempunyai Andrew Bynum, Lamar Odom,
Pau Gasol, Derek Fisher, Ron Artest, dan Phil Jackson di timnya. Kobe
disapu bersih, padahal ia mempunyai tiga center setinggi 7 feet yang
berskill luar biasa plus pelatih dengan cincin juara terbanyak [11],
memalukan.
Jordan bisa menang tanpa center yang bagus, Kobe malah punya tiga: Odom
adalah starting center timnas Amerika yang meraih medali emas di
kejuaraan dunia tahun 2010, Pau Gasol adalah pemain terbaik kejuaraan
dunia tahun 2006, dan Bynum adalah center dengan badan dan power yang
lebih besar dibanding Dwight Howard.
Jordan tidak akan membiarkan lawan menghabisinya di puncak terbesar
olahraga basket. Pantang baginya untuk kalah dan apa saja pasti
dilakukan Jordan agar timnya bisa menang. Jordan tidak akan membiarkan
timnya gagal, tidak seperti Kobe.
Terlebih lagi, lima cincin juara Kobe didapatkan dengan cara yang sama
sekali tidak seperti Jordan. Tiga cincin didapatkan dimana ia bukan
pemain terhebat di klubnya, satu cincin didapatkan karena timnya adalah
tim yang kuat, dan cincin terakhir didapatkan bukan karena Kobe sebagai
alasan utamanya.
Masalahnya cincin juara yang didapat Kobe mengikuti tren dimana seorang
Tanpa mengesampingkan peran Kobe [karena tiga cincin juara yang
didapatkannya bersama Shaq adalah peran mereka berdua], peran Shaq dalam
meraih juara begitu dominan, lebih dominan tepatnya. Bukan artinya Kobe
seorang pemain yang tidak hebat, he is very very very good player, but
not a great one. At least not as great as no #23-Michael.
Jordan mendapatkan enam cincin juaranya dengan cara yang sangat luar
biasa. Ia menghabisi lawan-lawannya dengan elegan. Di saat-saat kritis,
tembakan Jordan lebih banyak masuk dibanding meleset. Sangking
banyaknya, orang lebih mengingat tembakannya yang masuk daripada meleset
di saat yang menentukan.
Di saat-saat genting, dimana timnya membutuhkan Jordan untuk
menyelamatkan mereka, Bulls selalu bisa mengandalkan Jordan untuk
membawa timnya menang. Tembakan-tembakan penentu kemenangan Jordan
selalu datang di pentas terbesar seperti NBA Finals, alias di saat yang
tepat. Itulah alasan yang membuat Jordan menjadi pemain terhebat.
Cerita kepahlawanannya melegenda karena ia membuat tembakan-tembakan
penting di pentas terbesar, ketika semuanya dipertaruhkan. Lihat
bagaimana Jordan menutup karirnya di cincin keenam [mari kita semua
berpura-pura untuk melupakan karirnya di Wizards sebagai seorang
pemain].
Game keenam di tahun 1998, skor 3-2 untuk Bulls, dan Jazz memiliki home
court advantage di game ketujuh-bukan pertanda yang baik, namun seperti
biasa di saat genting seperti ini Michael akan menampilkan sinar
kebintangannya.
Skor pertandingan 85-86, Bulls tertinggal dengan waktu kurang dari 20
detik, Michael malah berhasil melakukan steal terhadap Karl Malone,
menggocek Bryon Rusell, dan melakukan “The Last Shot”. Game over buat
Jazz, Bulls juara lagi untuk yang keenam kalinya. Siapa bintangnya?
Jordan.
Jordan melawan logika, Jordan adalah pahlawan utama dari timnya, dan
Michael selalu menjadi alasan utama mengapa timnya menang [hal itu
dibuktikan dengan enam Finals MVP]-baik itu dengan tembakan penentu
kemenangan, passing ke orang yang tepat, maupun lewat defense, Michael
selalu menjadi pemain terbaik di Finals, the best of the best.
Jordan selalu membuat keputusan yang tepat dan Jordan SELALU mengakhiri
NBA Finals dengan indah. Ia tidak pernah kalah di partai penentu-NBA
Finals. Itulah alasan mengapa Jordan akan selalu menjadi yang terbaik.
Bila Kobe mendapat tujuh cincin juara pun, orang akan bilang Shaq
‘membantunya’ meraih tiga cincin dan Gasol menyumbangkan sekian cincin.
Kobe mendapat cincin juara dengan bantuan pelatih Michael.
Tidak akan ada lagi pengganti Jordan. Hanya ada satu Jordan. Hanya ada
satu pemain terhebat. Tidak akan ada pemain lain yang bisa melampaui apa
yang Jordan capai, termasuk Kobe.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar